Sunday, January 17, 2016

Dive Table

Konsep dan Pemakaian Dive Table (Dive Table, Concept and Application)


Sebagai persyaratan untuk mendapatkan sertfikat Open Water Diver (A1 untuk POSSI/CMAS), Dive Table adalah salah satu materi yang akan wajib dikuasai.
Sayangnya tidak banyak Instruktur Selam / Dive Master yang mengharuskan anda untuk benar-benar memahami dan mengharuskan penerapan Dive Table, baik dalam dive planning maupun selama berada di trip penyelaman.
Padahal, dengan mengerti konsep dan cara pemakaian dive table, sebenarnya anda dapat memperkecil resiko terjadinya DCS (Decompression Sickness / DCI = Decompression Illness) pada diri anda.

Salah satu alasan utama Dive Table kurang diminati adalah keberadaan Dive Computer yang semakin terjangkau harganya dan semakin lengkap featurenya. Namun walaupun anda sudah memiliki Dive comp, saya akan sangat menganjurkan anda untuk juga mendalami konsep Dive Table yang sebenarnya adalah inti dari Dive Comp itu sendiri.
Alasan lain adalah karena perhitungan Dive Table dianggap sangat 'matematis' dan 'teknis', yang kebanyakan orang 'lebih baik menghindar' daripada meluangkan waktu untuk mempelajarinya...

Mohon jangan patah semangat dahulu :D, karena sebenarnya Dive Table sangat amat mudah dipahami dan sangat berguna sekali lagi untuk menjaga keselamatan diri anda, para penyelam.
Selain untuk melakukan dive planning (normal) pemahaman Dive Table akan sangat berguna dalam situasi emergency dimana anda tidak dapat menggunakan dive computer (jatuh ke air, hilang, mati, error dll).

Mari kita mulai.... :D.
Jika anda ingin bertanya silahkan mengirim email, atau anda dapat mengisi kolom comment dibawah thread ini.


Bagaiamana memperoleh Dive Table ?
Ada banyak sekali dive table yang dijual di dive center dan anda juga dapat men-download sendiri dari internet, beberapa contoh dan link-nya ada dibawah ini :
Contoh dive table yang disediakan oleh organisasi selam :
SSI dive table. (German version).


Namun sebenarnya semua organisasi penyelaman (PADI, SSI, NAUI, NOAA, US Navy dll) menggunakan dasar table yang sama yakni : tabel Bulhmann.
(Klik link diatas jika anda ingin mempelajari lebih dalam tentang tabel Bulhmann (0-700m altitude)).

Beberapa produsen Dive Comp juga sudah menggunakan metode perhitungan RGBM (Reduced Gradient Buble Model) yang lebih presisi namun juga adalah pengembangan dari tabel Bulhmann.

Jika kita ingin kembali ke konsep awal, pertanyaan mendasarnya adalah... :


Apakah Dive Table itu ?
Dive table adalah tabel yang menghitung sisa nitrogen yang ada dalam tubuh anda pada saat dan setelah anda melakukan penyelaman.
Perhitungan sisa nitrogen tidak disajikan dalam satuan ppm (parts per million) namun dalam satuan menit.
(Berapa menit sisa nitrogen dari penyelaman sebelumnya, seolah-olah anda sudah dive selama sekian menit [walaupun anda baru saja descend]). Sisa nitrogen dalam satuan menit ini (RNT=Residual Nitrogen Time) harus diperhitungkan kedalam perhitungan TBT (Total Bottom Time) pada dive berikutnya.

Dengan mengetahui sisa nitrogen dalam tubuh anda, anda dapat menghindari decompression dive (atau 'terkena deco', istilah yang umum dipakai) dan juga menyesuaikan diri dengan pengalaman selam anda.
Misalnya new diver yang masih belum terbiasa dengan kadar Nitrogen yang tinggi dalam tubuh, akan mudah merasa mual, pusing setelah diving, hindari menyelam terlalu dalam atau terlalu lama (Pressure Group tinggi).

Namun perlu selalu diingat bahwa perhitungan yang dilakukan oleh Dive Table (maupun dive comp sekalipun) sifatnya adalah perkiraan atau perhitungan berdasarkan percobaan empiris yang telah dilakukan sebelumnya. Tiap orang memiliki struktur fisiologis dan karakter yang berbeda baik penyerapan, pelepasan maupun reaksi terhadap nitrogen.
Tubuh yang tidak terbiasa terekspose dengan kadar Nitrogen yang tinggi (ie Non Diver) akan lebih rentan terkena Decompression Sickness walaupun sudah melakukan penyelaman dalam batas aman (Non Deco Dive).



Bagian-bagian dari Dive Table :

Dive Table selalu terdiri dari (minimal) 2 macam tabel, 
Table 1 : No Decompression dan Group Designation Table.
(Sering kali tidak memiliki nama yang jelas).
Tabel ini bertujuan untuk :

1. Merencanakan penyelaman, berapa lama di kedalaman tertentu anda bisa menyelam tanpa harus melakukan decompression stop (lihat definisi NDL dibawah untuk penjelasan tentang decompression stop).
Misalnya Diagram A : Table 1 : Seorang penyelam dapat menyelam di kedalaman 12m selama 130menit tanpa perlu melakukan deco stop. Atau 24m selama 30menit, dst....
Note : Seorang penyelam selalu dianjurkan untuk melakukan Non Decompression Dive, penyelaman tanpa perlu melakukan deco stop untuk meminimalkan resiko terjadinya DCS.
Jika anda memang sengaja akan melakukan 'penyelaman deco', maka anda bisa menggunakan Dive Table yang memiliki informasi berapa lama (dan di kedalaman berapa) anda harus 'membayar' pinalty deco tersebut. 
Diagram A1 : Buhlmann Table with
'Decompression pinalty'


Diagram A1 disamping adalah sepotong tabel Buhlmann yang menunjukkan berapa lama (dan di kedalaman berapa) seorang penyelam harus melakukan decompression stop(s).

Misalkan anda berencana menyelam sedalam 30m selama 25 menit (penyelaman deco), maka anda WAJIB melakukan deco stop di 3m selama 5 menit.

Jika anda berada di kedalaman 30m selama 40 menit, maka anda WAJIB melakukan 2 deco stop, di 8m selama 5 menit dan kemudian di 3m selama 17menit.
Dengan demikian anda dapat pula merencanakan pada sisa tangki berapa (pada tekanan berapa bar) anda harus mulai ascend.

Note : Jika anda ingin memperkirakan air consumption rate (konsumsi udara) anda, cobalah search kata kunci diatas di internet.
Intinya : DACR (Depth Air Consumption Rate) =SACR (Surface Air Consumption Rate) x Ambient Pressure at Depth.



















2. Menghitung berapa banyak nitrogen (nitrogen loading) yang terakumulasi dalam tubuh anda selama penyelaman yang dinyatakan dengan peningkatan Pressure Group (PG).
Misalnya Diagram A : Table 1 dibawah ini :
* Seorang penyelam menyelam di kedalaman 12m selama 60menit maka PG setelah penyelaman adalah 'G' (bulatkan keatas).
* Seorang penyelam menyelam di kedalaman 25m selama 20 menit maka PF setelah penyelaman adalah 'F' (bulatkan kedalaman ke atas, lebih safe).
Pressure Group ini adalah 'Group Designation' anda, seorang diver digolong-golongkan dalam group-group tergantung banyaknya nitrogen yang terakumulasi dalam tubuh.
Semakin 'tinggi' abjad nya semakin banyak nitrogen dalam tubuh....
Jika PG anda adalah 'G' artinya : "anda memiliki kadar nitrogen seperti penyelam di group 'G'".
Catatan : Pada penyelaman pertama, anda dianggap tidak memiliki pressure group, No PG = tidak ada sisa nitrogen dalam tubuh.
Yang dimaksud dengan penyelaman pertama bukan penyelaman pertama pada hari itu, tapi penyelaman pertama dalam trip tersebut.


Contoh sebuah dive table :
Diagram A : Table 1 : No Decompression and Group Designation Table.

Dengan data PG yang didapat dari table 1, anda dapat pindah ke Table 2 dibawah ini.



Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table.
Tabel ini bertujuan untuk menghitung pelepasan nitrogen (nitrogen unloading) yang terjadi selama surface interfal. Istirahat setelah penyelaman (surface interval) memberikan kesempatan nitrogen dilepaskan oleh tubuh anda. Berkurangnya nitrogen membuat PG anda juga akan berkurang dan perhitungannya dinyatakan dalam tabel 2 berikut ini :

Diagram B : Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table.

Secara sederhana, jika PG terakhir anda setelah penyelaman adalah 'G', maka jika anda beristirahat selama 1 jam PG anda turun menjadi 'F'. Jika anda beristirahat selama 2 jam maka PG anda turun menjadi 'D'.
Bagaimana mendapatkannya ? lihat lajur paling atas, cari huruf 'G', kemudian ikuti anak panah kebawah, dan cari kolom yang sesuai dengan lama surface interval anda, kemudian lihat ke bawah, dan baca huruf pada kolom tersebut.
Jika PG terakhir anda setelah penyelaman adalah 'F', maka jika anda beristirahat selama 2jam 30 menit sebelum penyelaman berikutnya, maka PG anda setelah beristirahat (atau tepat sebelum penyelaman berikutnya) adalah 'C'.

Catatan : perhatikan bagaimana PG digunakan sebagai 'penghubung' antar tabel.


Kadang, anda juga akan menemukan model table 2 yang juga menunjukkan berapa lama anda harus melakukan surface interval agar dapat terbang (no fly interval) dan berapa lama kemudian baru sisa nitrogen di tubuh anda habis seluruhnya.
Contohnya adalah table Bulhmann dibawah ini :
Diagram C : Table 2 : Surface Interval Time (SIT) Table with No Fly Interval and Complete Desaturation Interval


Note : Anda tidak bisa mengkombinasikan PG / Group Designation dari table organisasi penyelaman yang berbeda. Misalnya anda tidak bisa menggunakan Tabel 1 dari SSI dan Tabel 2 dari Bulhmann, dst.

Diagram C : Table 2. "0" artinya waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan seluruh sisa nitrogen dalam tubuh (satuan : Jam) (Complete Desaturation Interval). Misalnya PG anda setelah penyelaman terakhir adalah 'F', maka anda butuh 4 jam istirahat baru kemudian diperbolehkan terbang, dan anda membutuhkan 4 jam lagi (total 8 jam) agar sisa nitrogen bersih dari tubuh anda.

Note : Organisasi penyelaman besar seperti PADI dan SSI mengeluarkan aturan berbeda. Misalnya PADI akan mengharuskan 12hrs no fly untuk single dive dan 18hrs no fly untuk repetitive dive (repetitive dive = anda menyelam lagi sebelum seluruh sisa nitrogen habis dari tubuh anda, contohnya jika anda berada dalam safari dive selama 4 hari dengan 3 dive per hari. Dive ke 2 dan ke 3 dalam hari yang sama adalah repetitive dive).
Note : Sekarang PADI dan SSI menganut 24 hours no fly baik untuk single maupun repetitive dive... semakin conservative :).

Kemudian, karena safety reason, hampir semua dive table yang beredar sekarang tidak mencantumkan lagi No Fly dan Complete Desaturation Interval. 12 / 18 hrs no fly dijadikan ketentuan baku atau anda bisa menggunakan Dive Comp anda untuk melihat jatah waktu No Fly anda.



Table 3 : Residual Nitrogen Time (RNT) Table.
Tabel ini bertujuan untuk :
1. Menunjukkan berapa banyak sisa nitrogen (RNT) yang masih ada dalam tubuh kita (setelah surface interval). Satuannya adalah menit.
2. Sama seperti Tabel 1, untuk merencanakan penyelaman berikutnya dengan mempertimbangkan bahwa sisa Nitrogen (RNT) akan membuat anda pada penyelaman berikutnya (seolah-olah) sudah menyelam selama X menit tersebut walaupun anda baru saja turun (descent).

Catatan : Kadang Tabel 2 (Surface Interval) digabungkan dengan Tabel 1 sehingga total anda seolah-olah hanya memiliki 2 tabel saja yaitu No Deco + SI dan RN Table saja.
Namun pada pokoknya Dive Table selalu memberikan 3 informasi : No Decompression Limit + PG,Surface Interval dan Residual Nitrogen Time

Berikut adalah contoh RNT Table :
Diagram D : Table 3 : Residual Nitrogen Time (RNT) Table
Jika PG anda setelah beristirahat (didapatkan dari Tabel 2) adalah 'D' maka untuk penyelaman berikutnya :
* Jika anda hanya akan menyelam dikedalaman 9m saja maka RNT anda adalah 54 menit dan anda bisa menyelam tanpa takut terkena deco (N/L = No Limit).
* Jika anda menyelam hingga kedalaman 15m maka RNT adalah 29 menit dan di penyelaman berikut ini anda hanya bisa menyelam maksimum selama 41 menit sebelum masuk ke penyelaman deco (Decompression Dive).

Note :
Untuk mengetahui waktu maksimum no deco anda juga bisa membawa RNT 29 menit tersebut ke Tabel 1 (lihat Diagram A : Table 1). Waktu maksimum untuk penyelaman no deco di kedalaman 15m adalah 70menit, sehingga jika RNT = 29 menit, maka maksimum penyelaman no deco di kedalaman 15m adalah 70-29 = 41menit. Anda mendapatkan hasil perhitungan yang sama !!.
Disini anda lihat bahwa dengan membaca Table 3 diatas, sebenarnya anda sudah 'kembali lagi' ke Tabel 1.




Actual Bottom Time
 (ABT) adalah lama waktu (menit) anda berada di kedalaman tertentu. Sedangkan RNT adalah sisa nitrogen (dalam satuan menit) yang membuat (seolah-olah) anda sudah menyelam di kedalaman tersebut selama X menit). Sehingga dalam perhitungan kadar nitrogen, anda dianggap telah melakukan diving selama TBT menit (ABT dan RNT).





Menghitung Total Bottom Time (TBT)
Diver biasanya menganggap perhitungan RNT dan TBT sebagai hal yang paling sulit dimengerti dalam mempelajari Dive Table.
Semoga setelah membaca penjelasan saya, anda tidak menjumpai kesulitan yang sama... :D.
Seringkali seorang penyelam lupa bagaimana cara menggunakan Dive Table, namun jika anda sering berlatih dan benar-benar menggunakan Dive Table dalam penyelaman, pastilah anda tidak akan kesulitan mengerti konsep dan aplikasi Dive Table.



Perhitungan TBT :


TBT = ABT + RNT

Rumus atau konsep diatas tidak akan sulit dimengerti jika anda mengerti konsep RNT.
Rumus diatas dapat dibaca seperti ini :
"Total Nitrogen yang ada dalam tubuh anda (TBT) adalah Nitrogen yang anda dapat dari penyelaman sekarang (ABT) ditambah lagi dengan Sisa Nitrogen yang anda dapat dari penyelaman sebelumnya (RNT)".
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, sisa nitrogen ini ditulis dalam satuan 'menit', lama waktu penyelaman.

Anda bisa membayangkan jika anda punya '20 menit' Nitrogen dari penyelaman sebelumnya (RNT), dan anda menyelam selama '30 menit' (ABT) maka walaupun sesungguhnya anda baru menyelam selama 30 menit, maka seolah-olah anda sudah menyelam selama 30+20 = 50 Menit (TBT).




Jika menyambung dari contoh kasus sejak dari Table 1 diatas tadi :
Jika setelah Surface Interval yang menghasilkan PG 'D' diatas anda berencana menyelam di kedalaman 15m selama 30 menit maka TBT anda nantinya adalah 30 (ABT) + 29 (RNT) = 59 menit sehingga dengan melihat tabel 1, PG anda nanti setelah penyelaman adalah 'H' (pembulatan keatas).
Penyelaman tersebut adalah penyelaman Non Dekompresi (Non Decompression Dive).
Jika anda menyelam lebih dari 41 menit (ABT) maka anda akan melakukan penyelaman dekompresi (Decompression Dive) yang mengharuskan anda melakukan Decompression Stop.




Istilah-istilah dalam Dive Table :
Pressure Group (PG) atau juga sering dinamakan Repetitive Group atau Group Designation, adalah penggolongan sisa nitrogen dalam tubuh anda. Biasanya dinyatakan dalam alphabet (A, B, C dst), semakin 'tinggi' alphabet nya (semakin menuju ke Z) semakin banyak nitrogen yang ada dalam tubuh.
PG juga digunakan sebagai penghubung antar table. Jika anda berpindah dari tabel 1 ke tabel 2 atau dari tabel 2 kembali ke tabel 1, PG lah yang akan menjadi penghubungnya.

Bottom Time (BT) sebenarnya adalah lama waktu anda berada di kedalaman maksimum (Bottom).
Istilah ini sedikit memancing perdebatan, kebanyakan diver akan mengatakan bahwa Bottom Time adalah waktu antara mulai descend hingga anda mulai ascend dari kedalaman maksimum.
Pendekatan ini dianggap lebih aman, karena ketika anda mulai descend, anda sudah dianggap berada di Max Depth. Namun bisa bermasalah jika dive profile anda tidak berupa 'kotak', multi level diving ketika descend.

Dive Time adalah total waktu mulai descend hingga ascend = Bottom Time + waktu untuk ascend + Deco Stop (jika ada) + Safety stop.

No Decompression Limit (NDL) adalah waktu penyelaman (dalam satuan menit) di kedalaman tertentu dimana seorang penyelam tidak perlu melakukan (mandatory) decompression stop.
Penyelam selalu dianjurkan untuk melakukan non decompression dive (penyelaman tanpa perlu melakukan decompression stop) untuk meminimalkan resiko DCS.
catatan : beberapa organisasi selam mengharuskan seorang penyelam melakukan safety stop (biasanya minimum 3 menit di kedalaman 5m) pada setiap penyelaman, namun sebenarnya safety stop tersebut sifatnya adalah recommended bukan mandatory.
Catatan : Dive comp juga akan menganggap safety stop sebagai 'recommended' bukan 'mandatory'. Artinya safety stop boleh tidak dilakukan. Decompression stop dan quick ascend lah yang akan menimbulkan 'penalty' berupa mandatory safety stop tersebut.
PADI hanya mewajibkan safety stop pada setiap deep dive (lebih dari 30m, sekarang menjadi lebih dari 18m).
Lepas dari wajib atau tidak, selalu lebih nyaman dan lebih baik untuk melakukan safety stop yang lama di setiap penyelaman anda sambil menikmati shallow water corral :).
Paling banter yang sebel adalah tukang perahu atau buddy anda....

Residual Nitrogen Time (RNT) adalah sisa nitrogen dalam tubuh kita (dinyatakan dalam satuan menit).
Ketika diaplikasikan lagi ke tabel 1 seolah-olah kita sudah menyelam selama X menit tersebut.
Dalam kasus penyelaman tanpa decompresi (Non Decompression Dive), otomatis jika kita memiliki sisa RNT maka Bottom Time kita pada penyelaman berikutnya akan menjadi lebih singkat.





Contoh Soal Penggunaan Dive Table dan Perhitungannya :


Diagram E1 : Table 1 : Padi Dive Table (Metric).























Diagram E2 : Table 2 : Padi Surface Interval Time Table (Metric).


Anda merencanakan Wreck Dive di Anker Wreck (Anchor Wreck) Menjangan, Bali Barat, dimana wrecknya berada di kedalaman 30-40m.
* Berapa maksimum NDL (No Decompression Limit) pada penyelaman tersebut ? 
Jawaban : 
8 menit di kedalaman 40m.

* Jika anda berencana menyelam hingga 15menit di 40m, berapa lama surface interval agar anda kembali ke Pressure Group 'B' ?
Jawaban : 
Sedikit Tricky, karena tabel E1 PADI diatas dengan SENGAJA tidak mencantumkan menit ke 10 dst di kedalaman 40m. Maka dengan perkiraan saja bahwa 1 m menambah 1 pressure group maka setelah 15menit anda akan berada di sekitar PG M sampai O. Saya akan ambil amannya, 'O', maka butuh kira-kira 2.5 jam untuk mengembalikan PG anda ke 'B'.

* Jika setelah penyelaman selama 15 menit di 40m diatas dan berisirahat selama 2.5 jam hingga PG anda kembali menjadi 'B', anda ingin melakukan penyelaman kedua di Pos 1 Menjangan di kedalaman 15m saja (shallower depth), selama 40 menit, berapa sisa RNT dalam tubuh anda sebelum penyelaman kedua dan apa PG anda setelah penyelaman kedua tersebut ? Berapa maks NDL pada penyelaman kedua ?
Jawaban :
- Maks NDL untuk pressure group B di kedalaman 15m (bulatkan ke 16m) adalah 59menit, dengan sisa RNT sebelum penyelaman kedua sebesar 13menit.
- PG setelah penyelaman 40 menit di kedalaman 15m adalah :
ABT = 40 menit, RNT = 13 menit maka TBT = 53 menit, menggunakan Tabel 1 (Diagram E1) 15m (bulatkan ke 16m) selama 53 menit, pressure group setelah penyelaman kedua adalah 'R'.

* Anda berisirahat lagi selama 2 jam kemudian anda akan melakukan sunset dive di Mandarin City di kedalaman maks 10m. Apa PG setelah Surface Interval ? berapa RNT dan NDL di penyelaman ke 3 ?
Jawaban :
PG setelah penyelaman kedua = R, istirahat 2 jam, PG menjadi B (lihat diagram E1).
RNT di 10.5m (lihat diagram E2) untuk PG 'B' adalah 20menit dengan 199 menit NDL.
(Artinya anda sebenarnya diperbolehkan menyelam selama yang anda mampu di penyelaman ke 3 asalkan kedalaman anda tidak lebih dari 10.5m. Biasanya menyelam 1.5 jam (90 menit) saja sudah sangat menggigil, apalagi nite dive....)



Demikian gambaran penggunaan dive table.
Jika anda memiliki pertanyaan, kritik dan saran, mohon menuliskannya di bagian 'comments' di bawah thread ini.
Saya harap dengan lebih menjiwai dive table anda memiliki 'feeling' untuk merencanakan penyelaman.
Misalnya : Berapa lama anda perlu melakukan surface interval untuk penyelaman berikut ? Berapa dalam anda boleh menyelam selama 30 menit tanpa terkena deco ? dst.
Memiliki feeling seperti ini di kepala anda akan sangat membantu anda dalam menggunakan Dive Comp.

Selamat berlatih..... :).

disadur dari : http://rizalchristian.blogspot.co.id/search?q=dive+table

teknik menggunakan fin (dive technique 2)

Bagaimana diving di atas pasir ?

Masalah utama dari dive site yang berpasir adalah visibility yang dapat seketika berubah menjadi sangat buruk akibat diver yang kurang memahami teknik menyelam di area berpasir.
Dive site untuk fotography makro contohnya, bisa rusak hanya oleh ulah seorang anggota group yang mengepakkan fin ke pasir. Semua hewan langsung lari atau sembunyi. Atau jika mereka tetap ada di atas pasir pun, akan sulit menghasilkan foto yang bersih karena visibility yang kacau.
Wreck yang sudah terisi pasir, bisa menjadi dive site yang berbahaya jika diver tidak tau cara mengepakkan fin mereka, menghancurkan visibility dan membuat diver di belakangnya kehilangan arah.

Disinilah (lokasi berpasir) sebenarnya keterampilan diving kita diuji, mulai buoyancy, teknik finning, teknik mendarat di pasir, teknik 'berpegangan' di pasir hingga teknik take off dari pasir.
Diver yang belum menguasai hal-hal tersebut diatas dapat membuat rekan-rekan yang lain sebel, menggerutu dan bisa-bisa diver tersebut 'dihukum' tidak boleh ikut trip lagi hehehe...


So berikut ini adalah beberapa tips yang dapat anda lakukan ketika anda menghadapi medan berpasir, entah sand bottom (pasir di bawah), atau pasir di slope (30 to 60 degree).

Buoyancy  --> an absolute must ! Teknik apapun yang anda pelajari, jika anda belum bisa mengontrol gerakan vertikal anda, maka akan percuma saja, pasir tetap akan naik. Maksudnya, jika anda terus-terusan harus terbentur dengan dasar pasir, dinding pasir di samping anda, maka otomatis pasir akan naik.
Jika anda ingin menghindari 'kemarahan' rekan-rekan satu group anda, anda harus stay well off bottom (melayang jauh dari permukaan pasir, koral atau dari dinding).
Kemudian pertanyaannya : Jika anda berada jauh dari koral atau pasir yang menjadi object diving itu sendiri... terus selama diving anda ngeliat apaan ? :).
Tentu saja kalau kita tidak bisa mendekat ke object2 yang menarik di permukaan pasir, permukaaan koral dst, kita tidak bisa betul-betul menikmati diving. So Buoyancy Control is a must...

Buoyancy perlu juga dikuasai ketika anda sedang turun mendekati permukaan pasir atau tebing. Jika kita tidak pandai mengatur buoyancy maka kita akan 'mendarat' dengan keras, padahal maksud kita hanya mendekati saja. Pasir terburai, koral rusak.



Posisi tubuh (Body Position) saat diving --> Jika anda selama ini kurang peduli dengan posisi tubuh anda saat diving, ini saatnya anda berpikir ulang...
Seorang diver entah karena tidak menguasai teknik buoyancy, weight distribution, atau finning yang baik cenderung untuk diving dalam posisi 45deg atau bahkan vertikal.
Seharusnya anda bisa merasa nyaman (dan bertahan lama / istirahat / tanpa pergerakan yang berarti) di posisi horizontal.
Posisi diving yang tidak horizontal membuat kepakan fin anda akan menyapu pasir di bawah anda. Usahakan posisi tubuh yang paralel dengan arah diving anda.                      
Akan sangat sulit menjaga untuk tetap berada di kedalaman yang sama jika tubuh anda cenderung vertikal ketika diving. Akibatnya anda akan sering mengepakkan fin untuk maintain depth, nafas menjadi boros.

Jika anda ingin mengamati sesuatu di atas pasir dengan lebih seksama, anda juga bisa menggunakan posisi kepala di bawah sehingga fin tetap berada jauh dari pasir. Teknik ini membutuhkan buoyancy yang baik dan kondisi peralatan yang prima.
Masker tidak bocor, regulator tidak mudah freeflow / berat, BCD memiliki dump valve di bagian belakang bawah (ketika kepala berada di bawah, otomatis dump valve ini berada di atas !), karena anda tidak mungkin menggunakan tombol deflate di BCD anda.


Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah :
* Pilih fin dengan buoyancy yang memiliki neutral buoyancy (melayang) atau sedikit positif (cenderung mengambang). Kebanyakan fin yang saya jumpai cenderung negatif sekali atau sedikit negatif. Keduanya akan  sedikit menyulitkan untuk mendapatkan posisi diving horizontal.

Weight distribution : letakkan weight dibelakang (diatas) pinggang, bukan di depan perut yang membuat bagian bawah tubuh cenderung turun dan memaksa anda diving dalam poisisi vertikal.
Jika BCD anda memiliki back pocket di bagian punggung atas, manfaatkan lah pocket tersebut. Anda juga dapat menempatkan 1 atau 2 weight (pemberat) di tank strap anda dan mengurangi pemberat di sabuk.
Weight pada tank strap


Intinya sebenarnya : Semakin banyak beban ditempatkan diatas pinggang/perut anda (yang adalah poros keseimbangan), maka semakin mudah anda untuk menunduk / diving dalam posisi horizontal.


Teknik lain yang cukup simple adalah menurunkan posisi tank strap anda, sehingga lebih banyak lagi bagian dari tanki yang berada di atas tank strap. Jika anda melakukan ini, anda perlu menyesuaikan dengan tipe BCD dan keleluasaan gerakan kepala anda. Mungkin anda tidak terlalu nyaman jika kepala anda sering terkena 1st stage regulator. Hati-hati dengan kepala anda jika anda sering melakukan backroll entry.
Pilih BCD yang bagian belakang leher agak tebal, ada pelindung kepala atau gunakan hood.



* Terakhir, berlatihlah terus menerus agar dapat merasa nyaman diving dalam posisi horizontal. Berlatihlah agar nyaman terbang dekat dengan koral tanpa menyentuhnya. Ini memerlukan latihan terus menerus untuk membiasakan diri nyaman melayang tipis diatas koral.
Berlatihlah manuver2 dalam posisi horizontal, bergerak kedepan, berputar, bergeser menyamping, mundur dst. (Note : hanya menggunakan kaki saja, tidak menggunakan tangan).


Bagaimana dengan peralatan (equipment) kita ?
Packed up, Streamline --> Don't be a 'Christmas Tree' diver, dengan segala macam peralatan menggantung di BCD anda. Bawa peralatan seperlunya, usahakan masukkan peralatan kedalam pocket BCD, tidak digantung-gantungkan yang memungkinkan peralatan tersebut menggaruk pasir.
Kurangi peralatan yang menjuntai keluar, tidak rapi dll, usahakan sesedikit mungkin hose yang menjuntai keluar dari tubuh anda. Rapikan hose ke BCD anda, gunakan moutfish holder (octo holder) agar 2nd stage anda tidak menjuntai dan menggaruk pasir.
Gunakan lanyard, retactor, clips dll untuk membuat semua peralatan anda menyatu di tubuh anda.
Dengan menjadi streamline anda menghemat nafas (karena less drag), menghemat uang (peralatan lebih tahan lama / awet), menjaga visibility dan terutama juga meminimalisir kerusakan koral selama diving.



Teknik Finning (Kicking Technique)
Sangat jelas bahwa teknik mengayuh fin (finning technique) sangat mempengaruhi kemudahan manuver anda sekaligus untuk menghindari pasir naik.
Cobalah mempelajari teknik finning berikut ini :
Scissor kick --> Teknik kicking paling efisien.
Frog kick
Flutter kick --> Teknik kicking yang paling umum dipakai, santai tapi kurang bertenaga
Ankle kick
Split kick

Dan terutama sekali hindari melakukan bicycle kick. teknik 'mbecak' (mengayuh becak) kata orang Suroboyo...

Dua website yang menurut saya cukup baik untuk dijadikan acuan teknik finning adalah dive the world dandivernet. (left klik to go directly to those sites).

Dua teknik finning yang dianjurkan di atas permukaan pasir adalah Frog Kick dan Ankle kick.
Modified Flutter Kick / Ankle Kick

Yang terbaik untuk manuver di atas pasir adalah ankle kick, dimana anda harus menekuk lutut, sehingga telapak kaki berada di atas (ada jarak yang cukup dari pasir) dan hanya menggunakan pergelangan kaki (angkle) untuk mengayuh. Paha dan kaki anda relatif tidak bergerak, hanya pergelangan kaki saja yang bergerak. Teknik ini juga sangat diperlukan ketika harus menerobos celah sempit dalam wreck diving.
Teknik ini memiliki tenaga kayuh (trust) yang paling lemah dari semua teknik kicking, tapi tentu saja sangat berguna untuk tetap dapat bermanuver maju diatas permukaan pasir tanpa perlu mengaduk-aduk pasir nya.

Setelah anda merasa berada cukup jauh dari pasir, anda bisa mengganti kicking anda ke jenis yang lain (frog kick, scissor, flutter dll).

Latihlah juga teknik bermanuver di atas pasir, seperti manuver berputar (Helicopter Turn) dan juga manuver mundur (Reverse / Backward Kick).
Seringkali anda mengaduk pasir justru saat anda ingin menoleh ke samping, berputar arah 180 derajat, atau mundur. Kalau anda tidak pernah berlatih melakukan manuver diatas, menguasai ankle kick saja tidak akan menyelesaikan masalah.
Dan perlu diperhatikan bahwa untuk melatih helicopter kick dan reverse kick anda selalu harus memerlukan buoyancy yang perfect. Its all connected.... :).


Teknik mendarat di atas pasir / teknik berhenti (istirahat) di atas pasir.
Seringkali anda perlu untuk mendarat di atas pasir. Entah untuk berfoto, memfoto, membenahi weight belt, fin atau equipment lainnya.
Beberapa teknik yang dianjurkan adalah :

Dengan jari
Gunakan satu jari untuk menusuk pasir, anda bisa juga menggunakan pointer untuk mendarat dan berpegangan di pasir.
Teknik ini dapat juga anda lakukan di lokasi yang penuh dengan koral dan anda ingin meminimalisir sentuhan dengan koral : carilah pasir, tancapkan jari / pointer anda disana.
Tentu saja dengan catatan arus tidak terlalu kuat.
Kemudian semakin dekat anda dengan permukaan pasir / koral semakin kecil arus yang anda akan rasakan. Jadi selain menancapkan jari / pointer ke pasir, anda perlu juga 'berlindung' di atas pasir / koral tanpa anda perlu menyentuhnya.
Teknik ini bagi saya adalah teknik yang paling recomended karena akan meminimalisir kerusakan koral dan biota laut lainnya. Hanya jari anda yang bersentuhan dengan pasir, tidak ada bagian tubuh yang lain. Hanya jari anda saja yang perlu dibersihkan ketika anda ingin take off dari pasir. Juga anda dapat memposisikan tubuh anda lebih dekat dengan pasir untuk meminimalisir dorongan arus.

Kebanyakan orang akan menggunakan telapak tangan untuk memegang pasir, dan secara reflek anda akan berusaha untuk 'mencengkeram' pasir. Ini malah akan berakibat pegangan anda terlepas, karena pasir memang tidak bisa dipegang dan akibatnya malah banyak partikel pasir yang naik. Gunakan jari / pointer untuk menusuk sedalam-dalamnya ke dalam pasir.

Dengan lutut
Berdiri dengan 2 lutut di atas pasir, kemudian baru letakkan fin perlahan-lahan.
Anda tetap menggunakan lutut sebagai tumpuan, bukan fin anda. Perhatikan dahulu lokasi dimana anda akan mendarat, agar fin anda tidak merusak biota laut yang ada.

Satu lutut dan satu telapak kaki
Satu kaki ditekuk ke depan sehingga satu kaki menahan dengan lutut dan kaki yang lain menahan dengan telapak kaki / fin.
Berdiri di atas pasir dengan satu lutut dan
satu fin

Posisi ini juga memudahkan anda untuk mencopot BCD dan melakukan perbaikan setting pada tanki, regulator dan lain-lain.










Jika anda akan berpegangan / mendarat dalam waktu yang lama, kempeskan (deflate) BCD supaya anda tidak mudah diombang-ambingkan arus.
Dua teknik terakhir diatas lebih tidak stabil dan rentan diserang arus jika dibandingkan teknik mendarat dengan jari.


Teknik Take off dari pasir.
Kelihatannya sepele, namun anda perlu menyadari bahwa salah satu penyebab pasir naik adalah ketika anda berusaha untuk take off / terlepas dari pasir. Entah anda menghentak pasir, atau anda membawa cukup banyak pasir di atas fin, sehingga ketika anda naik terlalu cepat, banyak pasir yang akan naik.
Kuncinya adalah : Gunakan nafas anda untuk take off atau kembungkan (inflate) BCD sedikit jika diperlukan. Jika ada pasir di atas fin, di lutut, siku atau BCD anda, bersihkan pasir tersebut perlahan-lahan agar jatuh kembali ke bawah tanpa perlu melayang-layang terlalu lama atau terlalu tinggi dari dasar (sea bed).
Jika anda mulai dari posisi duduk, ambil nafas dalam / kembungkan BCD agar anda terangkat dari pasir, posisikan tubuh perlahan-lahan ke posisi horizontal sambil membersihkan pasir dari tubuh anda baru kemudian anda bisa melakukan kicking.
Ingat bahwa anda bisa menggunakan teknik ankle kicking sebelum beralih ke teknik kicking lain yang lebih anda sukai.
disadur dari : http://rizalchristian.blogspot.com/2010/11/bagaimana-diving-di-atas-permukaan.htmlrizalchristian.blogspot.com/2010/11/bagaimana-diving-di-atas-permukaan.html

Bouyancy (dive Technique)

kali ini bukanlah tulisan saya, tapi saya sadur dari blog tetangga yang mana isinya sangat bagus sekali, yakni topik teknik belajar Diving.

Apakah buoyancy itu ?

Dalam bahasa fisika buoyancy ( daya apung ) adalah daya tekan keatas dari cairan terhadap sebuah benda yang berlawanan dengan massa benda dan efek gravitasi. Atau dalam bahasa sederhana, buoyancyadalah kemampuan mengapung dari sebuah benda pada cairan tertentu (misalnya air, raksa dan lain-lain).
Daya apung sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara massa jenis benda dan cairan. Massa jenis atau sering di sebut sebagai densitas adalah tingkat kerapatan sebuah benda. Angka massa jenis / densitas didapat dari total massa benda dibagi dengan total volumenya.

Jika  densitas sebuah benda lebih besar dari densitas air, maka benda akan tenggelam biasa disebut buoyancy negatif. Jika lebih ringan, benda akan mengapung disebut positif, dan jika sama maka disebut netral.
Tentu saja hukum buoyancy ini akan mengalami modifikasi jika diterapkan pada teknik pembangunan kapal atau perahu. Ada faktor tambahan yang berperan yaitu Tegangan Permukaan.
Bagaimana dengan tubuh kita ?
Ada dua komponen yang berpengaruh.
Yang pertama adalah tubuh. Pada dasarnya ada empat faktor tubuh yang berpengaruh besar pada buoyancy
  1. Volume paru-paru : Semakin besar volume paru-paru, maka makin besar daya apungnya.
  2. Jumlah lemak tubuh : semakin besar / banya volume lemaknya, maka akan semakin besar daya apungnya. Ini menjelaskan mengapa orang gemuk justru mudah mengapung.
  3. Volume otot : Semakin besar volume otot, semakin kecil daya apungnya. Jika anda seorang binaragawan, maka anda memiliki kecenderungan memiliki buoyancy yang kurang positif
  4. Massa tulang : Semakin besar massa tulangnya, semakin kecil daya apungnya. Sehingga hampir semua anak-anak dan wanita memiliki buoyancy positif
Komponen yang kedua adalah air. Air yang berdensitas tinggi (air laut) akan membuat tubuh kita lebih mengapung dibanding dengan air yang berdensitas rendah (air kolam renang). Oleh sebab itu, orang yang daya apungnya cenderung negatif di kolam renang akan menjadi cenderung positif di air laut.
Namun masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi daya apung seseorang, sehingga terdapat berbagai variasi daya apung.
Oleh sebab itu mengenali tubuh anda adalah hal yang pertama kali dilakukan dalam latihan renang, termasuk mengenali daya apung kita.

disadur dari : http://belajarrenang.com/2011/03/05/apakah-buoyancy-itu/


Faktor Pengaruh Bouyancy

Teknik Diving - Kontrol bouyancy (daya apung) adalah keterampilan terpenting dalam menyelam. Secara naluriah kita membayangkan seorang penyelam yang berpengalaman adalah penyelam yang dapat dengan cepat menyelam mencapai dasar laut. Namun sebenarnya, seorang penyelam yang berpengalaman adalah mereka yang mampu menguasai kontrol bouyancy dengan baik. Kontrol Bouyancy merupakan kemampuan dasar yang mutlak diajarkan ketika mengikuti sertifikasi diving. Kontrol bouyancy salah satu permasalahan yang tidak pernah lelah dibicarakan dan tidak pernah berhenti dikembangkan dan selalu disempurnakan melalui inovasi teknologi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bouyancy yaitu kadar garam air, neopreme, tabung scuba, tubuh penyelam, BCD, dan beban tambahan.


Bouyancy ada 3 macam yaitu bouyancy negatif, positif, dan netral. Benda dengan sifat bouyancy negatif artinya benda tersebut memiliki kecenderungan untuk tenggelam ketika di dalam air (seperti batu, besi dsb). Benda dengan sifat bouyancy positif artinya benda tersebut memiliki kecenderungan mengapung dipermukaan air (spon, plastik, batu apung dsb), sedangkan benda dengan sifat bouyancy negatif adalah benda tersebut memiliki kecenderungan melayang (tidak tenggelam di dasar air tapi juga tidak mengapung dipermukaan air) ketika di dalam air. Ketika berbicara tentang bouyancy di dunia penyelaman berarti berbicara tentang teknik kontrol bouyancy yaitu kemampuan dan keterampilan untuk mencapai daya apung netral ketika tubuh berada di dalam air (air laut atau air tawar).

Hukum Archimedes
Hukum Archimedes berbunyi, "sebuah benda sebagian atau seluruhnya terendam dalam air maka akan mendapat gaya tekan keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terendam air tersebut"
Penyelam dapat mengubah bouyancy-nya dengan cara memanipulasi berat tubuhnya. Air yang dipindahkan cederung lebih banyak daripada berat penyelam akibatnya penyelam perlu tambahan berat agar bisa tenggelam. Keadaan daya apung netral bisa tercapai ketika air yang dipindahkan ini seimbang dengan berat penyelam.

Kadar Garam Air

Semua penyelam pasti lebih membutuhkan tambahan berat ketika menyelam di laut dari pada menyelam di danau atau sungai. Air laut yang dipindahkan sebesar tubuh penyelam yang masuk di dalam air memiliki berat yang lebih dari pada air tawar yang dipindahkan sebesar tubuh penyelam yang sama (dengan volume yang sama juga). Hal ini dikarenakan air laut mengandung larutan garam sehingga menyebabkan lebih berat dari air tawar walaupun volumennya sama. Dengan demikian, sesuai hukum Archimedes tersebut maka gaya tekan keatas ketika benda di laut lebih besar dari pada gaya tekan keatas ketika benda di sungai atau danau. Hal ini dikarenakan kandungan garam pada air laut menyebabkan berat air laut lebih besar dari pada air tawar walaupun volume air yang dipindahkan sama sehingga manusia lebih mudah mengapung ketika berenang di laut daripada ketika berenang di sungai.

Neoprene

Faktor lain yang sangat mempengaruhi bouyancy adalah ketebalan baju selam yang terbuat dari neoprene. Neoprene terbuat dari karet dengan pori-pori yang kecil sekali. Setiap pori adalah gelembung gas tertutup. Semakin tebal neoprene, akan menyebabkan tubuh semakin hangat dan pori-pori juga semakin banyak. Kelemahannya adalah semakin tebal baju selam yang anda gunakan maka menyebabkan bouyancy anda makin positif sehingga untuk menyelam membutuhkan pemberat yang lebih banyak dari pada ketika memakai baju selam yang tipis. Kelemahan lainnya adalah semakin dalam anda menyelam neoprene yang tebal justru akan menyebabkan bouyancy tubuh anda berubah semakin negatif. Hal ini dikarenakan semakin dalam maka gelembung udara tertutup tersebut akan hancur dan hilang karena tekanan tinggi sehingga diperlukan pengaturan udara pada BCD supaya bouyancy anda kembali menjadi netral.

Wetsuit Neoprene


Tabung SCUBA

Faktor lain yang harus dipertimbangkan ketika berlatih bouyancy adalah berat udara dalam tabung scuba. Berat udara pada tabung scuba tergantung dari ukuran tabung itu (volume) dan tekanan gas dalam tabung tersebut. Yang perlu anda ketahui tentang pengaruh dari tabung scuba terhadap bouyancy adalah ketika menyelam udara tabung scuba akan semakin habis karena anda hirup dan hal ini akan menyebabkan bouyancy anda berubah menjadi lebih positif. Biasanya penyelam akan susah mempertahankan kedalaman ketika harus berada di zona safety stop sebelum naik kepermukaan air.

Tabung Scuba

Tubuh Penyelam 

Sejauh ini kita telah berbicara tentang perubahan bouyancy yang diakibatkan dari lingkungan luar tubuh penyelam. Ronga paru juga dapat digunakan untuk mengatur bouyancy. Ketika menarik napas dengan dalam akan menyebabkan dada mengembang secara maksimal sehingga volume tubuh kita meningkat, sedangkan berat badan tidak berubah sehingga menyebabkan bouyancy tubuh anda makin positif (cenderung naik kepermukaan air). Begitupun sebaliknya ketika menghembuskan napas dengan membuang semua udara dalam rongga paru maka bouyancy tubuh kita akan makin negatif sehingga tubuh akan cenderung tenggelam.

Paru
Paru sebagai alat pernapasan manusia adalah alat dasar untuk kontrol bouyancy secara natural. Kapasitas rata-rata volume paru-paru manusia sekitar 4,6 liter untuk pria dan 3,6 liter untuk wanita. Ketika manusia bernafas dengan normal, perubahan volume paru hanya berkisar 0,5 liter untuk pria dan 0,39 liter untuk perempuan (dikenal sebagai tidal capacity). Kondisi bouyancy netral maka ketika penyelam menghirup udara secara normal akan menyebabkan tubuh naik secara perlahan (sangat sedikit) dan ketika penyelam menghembuskan nafas secara normal juga akan menyebabkan tubuh turun secara perlahan (sangat sedikit).

Buoyancy Compensator Device (BCD)

Setelah membaca beberapa faktor yang mempengaruhi bouyancy seorang penyelam maka sekarang kita tahu mengapa dan bagaimana bouyancy penyelam dapat berubah ketika menyelam, disinilah peran  BCD menjadi lebih jelas. BCD diperlukan untuk mengimbangi perubahan daya apung akibat faktor luar ketika menyelam dengan tetap bernafas secara normal. Ketika penyelam mencapai kedalaman yang dalam, daya apung menjadi makin negatif akibat dari pecahnya gelembung udara neoprene, sehingga untuk mempertahankan bouyancy penyelam harus menghirup udara lebih banyak sebagai kompensasi dari hilangnya daya apung. Akhirnya, bernapas seperti ini akan menjadi sangat tidak nyaman atau bahkan tidak mungkin dilakukan terus menerus ketika menyelam. Dengan mengalirkan sedikit udara ke dalam BCD yang dipakai oleh penyelam maka dapat menyesuaikan bouyancy penyelam menjadi netral kembali sehingga penyelam dapat kembali bernafas dengan normal dan bouyancy tetap netral. Begitupun juga semakin lama anda menyelam maka udara dalam tabung scuba juga akan makin berkurang, hal ini akan menyebabkan bouyancy makin positif sehingga anda perlu membuang udara dalam BCD secara bertahap pula.

Boyancy Compensator Device (BCD)

Memilih Pemberat 

Terlalu banyak pemberat dapat menghasilkan beberapa masalah bagi para penyelam seperti:
  1. Terasa berat untuk menggerakan tubuh ketika menyelam.
  2. Konsumsi udara jadi lebih banyak dan akhirnya memperpendek waktu penyelaman.
  3. Memaksa para penyelam untuk mengisi BCD dengan banyak udara sehingga akan menambah beban yang tidak perlu.
  4. Berpotensi menciptakan kondisi tidak aman jika pada beberapa kondisi penyelaman akan menyebabkan berat total penyelam dan peralatan melebihi kapasitas angkat dari daya apung maksimum BCD.
Sabuk dan Pemberat

Di sisi lain, berat terlalu sedikit juga membuat penyelaman sangat tidak aman yaitu dengan kondisi masuk kedalaman yang susah dikendalikan. Secara umum, penyelam harus berusaha untuk memilih jumlah minimum pemberat yang dibutuhkan sehingga menyebabkan :
  1. Memungkinkan penyelam dapat tenggelam untuk memulai penyelaman.
  2. Memungkinkan penyelam untuk mempertahankan bouyancy netral di akhir menyelam selama berhenti di zona safety stop.
Prosedur mengukur pemberat yang dibutuhkan akan diajarkan selama kursus sertifikasi diving memulai dari :
  1. Ketika di permukaan air penyelam harus dapat melayang setinggi mata sambil menahan setengah napas dan BCD dalam kondisi tanpa udara. 
  2. Pastikan bahwa BCD benar-benar kempes, keluarkan semua udara melalui inflator BCD.
  3. Air harus cukup dalam sehingga penyelam dapat mengapung dengan posisi tubuh berdiri (vertikal) tanpa gangguan.
  4. Tidak menggerakan fin ketika tubuh mengapung vertikal.
  5. Mouthpiece regulator atau snorkeling harus terpasang dimulut sehingga anda dapat bernafas dengan nyaman.
  6. Jika permukaan air dibawah dari batas mata, maka daya apung terlalu positif dan diperlukan pemberat tambahan.
  7. Sebaliknya jika permukaan air diatas batas mata penyelam, maka pemberat yang digunakan terlalu banyak.
  8. Penyelam harus mulai tenggelam secara perlahan ketika membuang seluruh nafas (ekshalasi penuh).

Berapapun pemberat yang kita gunakan sabuk pemberat saat ini untuk memenuhi tujuan pertama yaitu memungkinkan penyelam untuk mulai tenggelam di awal penyelaman dan jangan sampai ketika di akhir penyelaman anda tidak bisa mempertahankan kedalaman walaupun udara dalam BCD sudah dikeluarkan semua. Prosedur pemilihan jumlah pemberat tidak rumit tetapi bisa memakan waktu, dan mungkin juga butuh beberapa upaya untuk mendapatkan angka yang tepat. Hal ini juga mungkin memerlukan bantuan dari teman atau instruktur penyelam yang berpengalaman untuk memeriksa apakah penyelam sudah mengapung setinggi mata dan beban pemberat yang dibawah sudah sesuai atau belum. Penyelam tidak memiliki mugkin melakukannya ketika sedang berlatih di kolam renang atau ketika sudah di atas kapal. Jadi penting untuk dapat memperkirakan jumlah berat yang anda butuhkan. Angka normal biasanya menggunakan 10% dari berat badan. Selanjutnya anda dapat mencatat pengalaman menyelam anda jika terasa berat maka kurangi pada penyelaman berikutnya dan jika terasa kurang maka tambahi pada penyelaman berikutnya. Lakukan hingga anda menemukan jumlah pemberat yang sempurna untuk anda.

Penguasaan teknik kontrol bouyancy selalu menjadi teknik utama yang harus dikuasai peserta programsertifikasi diving di tempat kami. Peserta akan dilatih teknik kontrol bouyancy selama 4 hari di kolam renang 5 meter sebelum berangkat ke latihan di perairan terbuka. Apabila anda hanya ingin sekedar mencoba belajar diving di kolam renang bisa mengikuti program belajar diving.

disadur dari  : http://www.scubadivingsurabaya.com/2012/04/faktor-pengaruh-bouyancy.html