"Parkir da .. !!" teriak seorang wanita yang menghampiri seorang pengendara mobil yang hendak mengemudikan mobilnya dijalan Ratulangi, sebelumnya ia keluar dari tempat praktek dokter yang tidak berada jauh dari tempat ia memarkir kendaraan tersebut.
tidak berada jauh dari lokasi tadi seorang pemuda yang mengklaim pemuda setempat meminta uang parkir pada pengunjung Pantai Padang yang saat itu menemani anak-anaknya untuk bermain dipantai. berlalunya tukang parkir tadi bukan berarti urusan telah usai, dua orang pengamen dengan peralatan seadanya dan suara yang pas-pasan turut menyambangi keluarga tadi.. belum berakhirnya lagu beberapa lembar uang ribuan terpaksa dikeluarkan oleh sang istri dengan maksud pengamen tersebut segera pergi.
pada umumnya menjelang lebaran, peminta sumbangan akan mendatangi petak-petak pertokoan, dengan alasan meminta THR (Tunjangan Hari Raya) dengan mengatasnamakan pemuda setempat. bagi pemilik toko tentu saja ini sangatlah mengganggu, terlebih orang peminta ini berkelakun tidak sopan, atau lebih pantas disebut preman kampung dengan kebiasaan urakan.
sempatkan jugalah memperhatikan dilampu merah, beberapa anak-anak menjelang lebaran mengetuk kaca mobil meminta-minta THR..
pengamen menurut saya sama saja dengan tukang palak, karena pada dasarnya kehadiran mereka tidak diinginkan sudah sepantasnya pemerintah setempat menertibkan segala yang mengganggu Ketertiban Umum.
alih fungsi fasilitas umum menjadi lahan kepentingan pribadi, lihat saja tempat orang berjualan diruan di trotoar dijalan terandam, atau orang berjualan tanaman hias ditrotoar jalan Khaatib Sulaiman, seolah-olah kota ini tanpa pemerintah saja. miriss
menurut saya, prilaku sosial masyarakat demikian parahnya akhir-akhir ini, bahu jalan yang telah menjadi milik pribadi (dijadikan Teras, ataupun tempat usaha) sehingga mengganggu hak pengendara, beberapa jalan saya lihat diletakkan batu besar dengan maksud untuk memperluas tempat berusahanya. masih bisa ditolerir kalau sifatnya sementara, namun jika sudah dijadikan keseharian, silahkan anda nilai sendiri siapakah yang dirugikan.
bangunan liar juga marak dikota ini. sudah banyak lahan fasum (fasilitas Umum dijadikan milik pribadi, tempat berusaha dll.) lemahnya aparat dan kontrol sosial dari masyarakat menurut saya membuat hal ini menjadi bertambah buruk dari waktu kewaktu. barangkali tidak heran rasanya kalau kota ini tidak berubah dari masa ke masa.
pengalaman penulis sekitar tahun 2013 yang lalu, dikota ini terjadi kebakaran yang meledakkan tangki penyimpanan bahan bakar di PERTAMINA Bungus. sehingga berakibat berkurangnya pasokan disejumlah SPBU dibeberapa tempat. kebakaran tersebut terjadi pada dinihari, namun dipagi hari dihampir semua SPBU beberapa masyarakat telah mengantri membawa jerigen minyak dengan jumlah dan ukuran bukan untuk konsumsi pribadi, alhasil dalam waktu yang tak berapa lama, stok minyak dibeberapa SPBU dikota ini lebih cepat habis, sementara dirumah-rumah dan warung BBM eceran berjejeran dijual dengan harga yang jauh berbeda dibanding harga biasa...
apa kira-kira kata-kata yang cocok menggambar hal yang terjadi ini. Mungkin "degradasi moral" adalah kata-kata yang cocok. penurunan kualitas masyarakat yang lebih senang meminta-meminta, menganut Hukum Rimba, memanfaatkan situasi sulit demi mengeruk keuntungan, hal inilah yang belakangan yang terjadi. saling menyikut demi keuntungan pribadi. membuat orang lain tidak nyaman
Marilah bersama-sama kita perbaiki dari sekarang agar anak-cucu kita tidak merasakan ketidaknyamanan ini, agar bangsa kita tidak di remehkan oleh bangsa lain yang menganggap bangsa kita terbelakang. semoga saja