Tuesday, August 4, 2015

Kota Padang ku (degradasi moral)

"Parkir da .. !!" teriak seorang wanita yang menghampiri seorang pengendara mobil yang hendak mengemudikan mobilnya dijalan Ratulangi, sebelumnya ia keluar dari tempat praktek dokter yang tidak berada jauh dari tempat ia memarkir kendaraan tersebut.

tidak berada jauh dari lokasi tadi seorang pemuda yang mengklaim pemuda setempat meminta uang parkir pada pengunjung Pantai Padang yang saat itu menemani anak-anaknya untuk bermain dipantai. berlalunya tukang parkir tadi bukan berarti urusan telah usai, dua orang pengamen dengan peralatan seadanya dan suara yang pas-pasan turut menyambangi keluarga tadi.. belum berakhirnya lagu beberapa lembar uang ribuan terpaksa dikeluarkan oleh sang istri dengan maksud pengamen tersebut segera pergi.

pada umumnya menjelang lebaran, peminta sumbangan akan mendatangi petak-petak pertokoan, dengan alasan meminta THR (Tunjangan Hari Raya) dengan mengatasnamakan pemuda setempat. bagi pemilik toko tentu saja ini sangatlah mengganggu, terlebih orang peminta ini berkelakun tidak sopan, atau lebih pantas disebut preman kampung dengan kebiasaan urakan.
sempatkan jugalah  memperhatikan dilampu merah, beberapa anak-anak menjelang lebaran mengetuk kaca mobil meminta-minta THR..

pengamen menurut saya sama saja dengan tukang palak, karena pada dasarnya kehadiran mereka tidak diinginkan sudah sepantasnya pemerintah setempat menertibkan segala yang mengganggu Ketertiban Umum.

alih fungsi fasilitas umum menjadi lahan kepentingan pribadi, lihat saja tempat orang berjualan diruan di trotoar dijalan terandam, atau orang berjualan tanaman hias ditrotoar jalan Khaatib Sulaiman, seolah-olah kota ini tanpa pemerintah saja.  miriss

menurut saya, prilaku sosial masyarakat demikian parahnya akhir-akhir ini, bahu jalan yang telah menjadi milik pribadi (dijadikan Teras, ataupun tempat usaha) sehingga mengganggu hak pengendara, beberapa jalan saya lihat diletakkan batu besar dengan maksud untuk memperluas tempat berusahanya. masih bisa ditolerir kalau sifatnya sementara, namun jika sudah dijadikan keseharian, silahkan anda nilai sendiri siapakah yang dirugikan.

bangunan liar juga marak dikota ini. sudah banyak lahan fasum (fasilitas Umum dijadikan milik pribadi, tempat berusaha dll.) lemahnya aparat dan kontrol sosial dari masyarakat menurut saya membuat hal ini menjadi bertambah buruk dari waktu kewaktu. barangkali tidak heran rasanya kalau kota ini tidak berubah dari masa ke masa.

pengalaman penulis sekitar tahun 2013 yang lalu, dikota ini terjadi kebakaran yang meledakkan tangki penyimpanan bahan bakar di PERTAMINA Bungus. sehingga berakibat berkurangnya pasokan disejumlah SPBU dibeberapa tempat. kebakaran tersebut terjadi pada dinihari, namun dipagi hari dihampir semua SPBU beberapa masyarakat telah mengantri membawa jerigen minyak dengan jumlah dan ukuran bukan untuk konsumsi pribadi, alhasil dalam waktu yang tak berapa lama, stok minyak dibeberapa SPBU dikota ini lebih cepat habis, sementara dirumah-rumah dan warung BBM eceran berjejeran dijual dengan harga yang jauh berbeda dibanding harga biasa...  


apa kira-kira kata-kata yang cocok menggambar hal yang terjadi ini. Mungkin "degradasi moral" adalah kata-kata yang cocok. penurunan kualitas masyarakat yang lebih senang meminta-meminta, menganut Hukum Rimba, memanfaatkan situasi sulit demi mengeruk keuntungan, hal inilah yang belakangan yang terjadi. saling menyikut demi keuntungan pribadi. membuat orang lain tidak nyaman 

Marilah bersama-sama kita perbaiki dari sekarang agar anak-cucu kita tidak merasakan ketidaknyamanan ini, agar bangsa kita tidak di remehkan oleh bangsa lain yang menganggap bangsa kita terbelakang. semoga saja





Monday, August 3, 2015

Wisata Alam ; Pulau Aua dan Pulau Karabak Pesisir Selatan Sumatera Barat



video DolphinKick


Siapa yang tidak kenal dengan Sumatera Barat, negeri elok yang berada disebelah barat pulau Sumatera, masyarakat yang diakrab dikenal dengan orang Padang (meskipun padang hanyalah salah satu dari sekian banyak kota di Propinsi ini). pada kesempatan kali ini saya akan berbagai pengalaman tentang perjalanan saya menikmati keindahan alam Pesisir Selatan, yakninya pada dua buah pulau ; Pulau Aua dan Pulau Karabak.

namun sebelum bercerita lebih jauh, fokus eksplorasi saya adalah pada dunia bawah laut sekitar pulau-pulau tersebut, hal ini seiring dengan semakin mewabahnya virus wisata yang semakin menjamur akhir-akhir ini khususnya di kota padang dan sekitarnya.

perjalanan dimulai dari pantai carocok menaiki perahu tempel. tujuan saya pertama adalah pulau Aua yang terdiri atas 2 pulau yakni Pulau Aua Gadang dan Pulau Aua Ketek. perjalanan selama 1 jam lebih melibas biru air laut dan cerahnya langit sungguh tak terasa.

Yups inilah dia pemandangan bawah laut Pulau Karabak Gadang, beberapa jenis ikan hias dan ikan karang tanpa malu-malu hanya berjarak 2 meter dihadapan saya dari yang besar hingga yang kecil. visibilitas cukup tinggi hingga 50 meter lebih menurut saya.


Batu Kapalo Nago


Pemandangan karang dibawah Fin saya

Salah Satu Teripang Emas yang saya temui

Soft Coral dengan jenis Anemon



Jenis Karang Tabulette (CMIW)


Pertumbuhan karang yang sangat subur




semua foto ini saya ambil dengan kamera pocket Under Water. 

Pemandangan Ikan Karang
biasan air dipermukaan yang menembus kedalaman air laut

lambaian anemon terkena arus laut,,, hmmm Amazing
Awesome

Good Visibility


Indahnya Karang
keragaman karang dan visibilitas air yang luar biasa, foto ini saya ambil sambil melakukan freedive dengan kedalaman 5 hingga 7 meter


kalau melihat air laut sejernih ini, rasanya saya mau pilih jadi ikan saja dan menetap disini... hahahaha


pesona karang berwarna warni membuat saya tidak bisa melupakan pengalaman ke lokasi ini. sungguh Dive Spot yang luar biasa.

Pemandangan Pulau Karabak
cukup banyak penyu yang saya temui salah satu yang sempat saya abadikan berukuran cukup besar dengan panjang kira-kira 90 cm dari ujung kepala hingga ekor berjenis Penyu Hijau.
sempat membidik penyu

Penangkaran Penyu dipulau Karabak

Pos Mercusuar dipulau Karabak


tingkat kesuburan karang sungguh luar biasa didaerah ini, berbagai jenis karang tumbuh dengan subur, pastinya menandakan perairan yang sangat bersih.

Indahnya Karang berjenis acropora

Ikan Kecil nan cantik
salah satu jenis ikan balong yang turut menyapa saya dari balik tempat persembunyiannya Anemon
Say Hi....

keindahan bawah laut dan pengalaman yang luar biasa ini semakin menambah rasa syukur dan takjub saya akan kebesaran alam ciptaanNya sehingga  semakin membuat saya semakin kecil dihadapanNya. 

"Bersama kita harus menjaga alam yang indah ini agar ekosistem laut tetap terjaga"



Kota Padang Rawan Bencana

KOTA PADANG RAWAN BENCANA


Indonesia adalah negeri yang rawan bencana, karena berada pada pertemuan 3 lempeng besar bumi, yakni Eurasia, Indo-australia dan lempeng pasifik.  lempeng-lempeng tersebut terus bergerak satu sama lain pertemuan lempeng tersebut menimbulkan zona-zona geologi subduksi/penunjaman, perlipatan (sinklin dan antiklin), sesar (sesar naik, sesar turun, sesar geser).
peristiwa geologi tersebut juga menyebabkan wilayah indonesia sangat potensial terjadi bencana alam yang diakibatkan oleh peristiwa geologi tersebut. seperti letusan gunung meletus, gempa bumi, tsunami, tanah longsor. dll.

gambar 1. Lempeng  tektonik di dunia

gambar 2. Lempeng Tektonik di Kepulauan Indonesia

gambar 3. Tiga Zona Gempa Sumatera


Bencana telah menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang diperoleh dengan susah payah. Dana yang digunakan untuk tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana juga telah mengurangi anggaran yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional dan program-program pemberantasan kemiskinan.
Dr. Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyatakan “Besarnya kerusakan dan kerugian akibat dampak bencana sangat besar, Tsunami Aceh (2004) menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 39 Trilyun, berturut-turut gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006 (Rp 27 trilyun), banjir Jakarta tahun 2007 (Rp 4,8 trilyun), gempa bumi Sumbar tahun 2009 (Rp 21,6 trilyun), dan erupsi Merapi tahun 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp 3,56 trilyun. Sebuah angka yang sangat besar. Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun Jembatan Suramadu sekitar Rp 4,5 trilyun dan kebutuhan JORR Tahap II sepanjang 122,6 km sebanyak Rp 5 trilyun.
            Jika terjadi bencana, masyarakat miskin dan kaum marjinal yang tinggal di kawasan rawan akan menjadi pihak yang paling dirugikan, karena jumlah korban terbesar biasanya berasal dari kelompok ini dan pemiskinan yang ditimbulkan oleh bencana sebagian besar akan menimpa mereka (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 tahun 2012). Oleh karena itu kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana perlu untuk ditingkatkan, Belakangan ini paradigma pengurangan resiko bencana telah beralih dari responsif menjadi pencegahan. Dalam maksud yang lebih luas upaya penanganan bencana alam yang terjadi tidak hanya pada penanganan korban akibat bencana, namun juga termasuk penguatan kapasitas melalui upaya pengurangan tingkat kerentanan masyarakat melalui peningkatan fisik, sosial ekonomi, serta lingkungan agar dapat bertahan ketika bencana terjadi didaerahnya (Sumber : United Nation-International Strategy for Disaster Reduction).
Dari segi ekonomi secara umum, biaya mitigasi dapat dikatakan sebagai biaya  investasi. Setiap US$ 1 yang disisihkan untuk biaya mitigasi dapat menghemat US$ 15-16 dalam fase rekonstruksi dan rehabilitasi. Dalam hal ini sangat perlu diingat oleh semua pihak bahwa pada dasarnya bencana alam itu berupa gejala dan masalah fisik. Begitu terjadi maka bencana alam dapat cepat berubah menjadi masalah sosial-ekonomi. Selanjutnya, jika tidak waspada maka masalah sosial-ekonomi tersebut dapat dengan cepat berubah menjadi isu politik. Dalam kaitan itu yang paling menderita adalah rakyat dari golongan bawah/miskin. Rakyat dari golongan kaya dengan mudah dapat mengungsi ketempat lain, membeli rumah baru, tinggal di rumah keluarga atau tinggal di hotel (Majelis Guru Besar ITB, 2009).  
salah satu kota yang terletak dipesisir barat sumatera adalah adalah Kota Padang yang merupakan ibukota propinsi Sumatera Barat. berdasarkan sejarah pada tahun 1797 dan 1833 pernah terjadi gempa besar dengan kekuatan lebih dari 9 skala richter disertai gelombang Tsunami yang menghancurkan pesisir barat Sumatera Barat.
sebagai kota dengan tingkat ancaman bencana alam gempa berpotensi Tsunami yang tinggi maka upaya peningkatan kapasitas masyarakat yang tinggal didaerah rawan mutlak diperlukan. 
konsep dasar Kajian Resiko Bencana adalah :
              
                Risk = Hazard x Vulnerability
                                            Capacity

dari konsep dasar diatas berarti resiko dapat diturunkan apabila Vulnerability (kerentanan) diturunkan dan Capacity (kapasitas) dinaikkan. namun sebaliknya resiko (dampak) akan sangat terasa apabila tingkat kerentanan masyarakat tinggi dan kapasitas masyarakat sangat rendah.

kapasitas masyarakat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

gambar 4. Interaksi antara faktor kerentanan (ISDR, 2004)

kembali pada masalah efek dari bencana alam yang terjadi, pada dasarnya bencana hanyalah gejala fisik alam, seperti badai, gempa bumi, tsunami dan lain-lain, hal ini adalah normal sebagai aktivitas alam untuk mencapai kesimbangannya. namun permasalahan akan terjadi apabila gejala alam tersebut terjadi pada pusat-pusat pemukiman penduduk. akan menyebabkan masalah dan mempengaruhi dimensi Sosial, Ekonomi, Politik dan sosial budaya. oleh karena itu manajemen pengelolaan bencana berbasiskan Pengurangan Resiko Bencana sangat diperlukan dalam pembangunan nasional.
                                                                                                                                             (bersambung )